“SISTEM ALIRAN”
DI
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : ARJUN B. ANTU
NIM : 451416025
KELAS : B
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
PRODI SI PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
kami selaku penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“SISTEM ALIRAN”
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian,penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya,penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I : Pendahuluan....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan makalah.................................................................................................
1.3 Rumusan masalah..............................................................................................................
BAB
II : pembahasan...................................................................................................................
2.1
Pola Aliran Sungai...........................................................................................................
2.2
bentuk aliran sungai.........................................................................................................
2.3
kerapatan sungai...............................................................................................................
BAB
III : Penutup........................................................................................................................
3.1
kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesaia adalah negara yang
sangat kaya akan kebradaan sungai. Terdapat ribuan sungai yang tersebar di
seluruh Indonesia.Tetapi saat ini sungai-sungai di Indonesia tidak dimanfaatkan
dengan baik, bahkan banyak masyarakat yang merusakknya dengan membuang sampah
sembarangan dan mengakibatkan bencana banjir. Kekayaan yang alam yang sangat
besar ini harus dimanfaatkan secara tepat.
Dengan memahami karakteristik dari
masing-masing sungai maka pemanfaatan sungai akan semakin baik, misalnnya:
pembangunan waduk, pembangunan pembangkit listrik tenaga air, dan lain
sebagainya. Karakteristiksetiap sungai seperti Pola aliran sungai, Bentuk
Aliran Sungai, Kerapatan Sungai harus dipahami khusunya bagi seorang geologist.
Dan tentu saja cara pembentukan dan sifat-sifat dan ciri umum dari masing-
masing sungai sehingga pemanfaatannya optimal.
1.2
Tujuan
Penulisan Makalah:
2.
Mengetahui
pengertian Pola Aliran Sungai dan jenis-jenisnya
3.
Memahami
bentuk aliran sungai
4.
Memahami
dan mengelompokkan kerapatan sungai.
1.3
Rumusan
masalah
2.
Apa
pengetian pola aliran sungai dan apa saja jenisnya
3.
Apa
saja jenis bentuk aliran sungai
4.
Bagaimana
cara menentukan nilai kerapatan sungai
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pola Aliran Sungai
Dengan
berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran
tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola
pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai
dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola
berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi bawah
permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan (surface
runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Jenis
pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya disatu
wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola
pengaliran sungai disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh
perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola
pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut:
1. Pola
Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola
aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya
pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola
aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh
jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang
tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus
(rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk
tekstur kasar (renggang).
Tekstur sungai didefinisikan sebagai
panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan
bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses
pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih
mudah di-erosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai
yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan
sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang
resisten akan membentuk tekstur kasar.
Pola pengaliran dengan bentuk
seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang
tidak beraturan.
Umumnya berkembang pada batuan yang
resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan
beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur
tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada
daerah punggungan suatu antiklin.
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola
aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik
ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi
atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk
bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini pola aliran
sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.
Pola pengaliran yang mempunyai pola
memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan
lerengnya. Pola radial dibagi menjadi 2, yaitu radial sentrifugal dan radial
sentripetal.
·
Tipe sentrifugal, yaitu pola Radier
dimana arah-arah pengalirannya menyebar ke segala arah dari suatu
pusat.
·
Tipe sentripetal, yaitu pola Radier
dimana arah-arah pengalirannya memusat dari segala arah.
3. Pola Aliran Rectangular
Pola
rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap
erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah
dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap
erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar
membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti
sistem kekar.
Pola aliran rectangular dijumpai di
daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang
kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya
lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola
aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar
(rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan
patahan.
Pola pengaliran dimana anak-anak
sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada
daerah patahan yang bersistem (teratur).
4. Pola Aliran Trellis
Geometri dari pola aliran trellis
adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di
perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir
lurus disepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam
dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak
lurus sehingga menyerupai bentuk pagar.
Pola aliran trellis adalah pola
aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur
geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh
saluransaluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan
tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah se rah dengan
sumbu lipatan.
Pola ini mempunyai bentuk seperti
daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah
dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan sedimen
berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi.
Anak-anak sungai akan dominan
terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi
rendah.
Jadi secara umum , pembentukan
sungai utama lebih disebabkan oleh kontrol struktrur dan pembentukan anak
sungai lebih disebabkan oleh kontrol litologi.
5. Pola Aliran Centripetal
Pola
aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial,
dimana aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa cekungan (depresi).
Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian
barat dan baratlaut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu
cekungan, dimana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika
musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.
6. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola
aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik
ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran
annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.
Pola pengaliran dimana sungai atau
anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar.
Sering dijumpai pada daerah kubah
berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari pola radier. Pola
penyaluran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan
batuannya.
7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah
suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan
morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk
lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat
sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan
lereng yang seragam.
Pola aliran paralel kadangkala
meng-indikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan
dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat
terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
Pola
pengaliran yang sejajar arah alirannya. Pola ini sering dijumpai pada daerah
yang lerengnya mempunyai kemiringan yang nyata, dan berkembang pada batuan yang
bertekstur halus dan homogen.
8. Multi basinal atau Sink Hole
Pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah karst atau daerah batugamping
.
9. Contorted
Pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik / berbalik arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.
2.2 Bentuk Aliran Sungai
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
1.
Sungai konsekuen lateral, yakni sungai yang arahnya
menuruni lereng-lereng asli yang ada di permukaan bumi seperti dome,
block, mountain, atau daratan yang baru terangkat.
2.
Sungai konsekuwen longitudinal, yakni sungai yang
alirannya sejajar dengan antiklinal ( bagian puncak gelombang pegunungan).
3.
Sungai subsekwen, yakni sungai yang terjadi jika pada
sebuah sunga konsekwen lateral terjadi erosi mundur akhirnya akan sampai ke
puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi ke samping dan
memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikutiarah
strike ( arah patahan )
4.
Sungai superimposed, yakni sungai yang mengalir pada
lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya.
Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup
dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh
jalan yang tidak sesuai denga struktur batuan.
5.
Sungai anteseden, yakni sungai yang arah aliurannya
tetap karena dapat mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya
terjadi bila pengangkutan tersebut berjalan dengan lambat
6.
Sungai Resekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni
dip slope ( kemiringan patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah
dengan aliran sungai resekwen lateral. Sungai resekwen ini terjadi lebih akhir
sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsekwen.
7.
Sungai obsekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni
permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
8.
Sungai Insekwen yakni sungai yang terjadi tanpa
ditentukan oleh sebab-sebab yang nyata. Sungai ini mengalir tidak mengikuti
perlapisan batuan atau dip. Singai ini mengalr dengan arah tidak tertentu
sehingga terjadi pola aliran dendritis.
9.
Sungai reserve, yakni sungai yang tidak dapat
mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah
arahnya untuk menyasuaikan diri.
10.
Sungai komposit yakni sungai yang mengalir dari daerah
yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan
sungai komposit
11.
Sungai anaklinal yakni sungai yang mengalir pada
permukaan yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut
berlawanan dengan arah arus sungai
12.
Sungai compound, yakni sungai yang
mambawa air di derah yang berlawanan geomorfologinya.
2.3 Kerapatan sungai
Kerapatan sungai
adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut:
Dd = L/A
Ket:
Dd = indeks kerapatan sungai
(km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk
anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pola Aliran Sungai
merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari
lembah-lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang keringatau tidak
dialiri sungai. Pola aliran dipengaruhi oleh: lereng,kekerasanbatuan, struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan
geomerfologi dari daerah alairan sungai. Dengan demikian pola aliransangat berguna dalam interpretasi kenampakan geomorfologis,
batuandan struktur geologi. Secara garis besar Pola Aliran Sungai dibagi atas
tujuh, yaitu : Pola Aliran Dendritik, Pola Aliran Radial, Pola Aliran
Rectangular, Pola Aliran Trellis, Pola Aliran Centripetal, Pola Aliran Annular,
dan Pola Aliran Paralel.
Bentuk
Aliran Sungai ada 12 jenis yaitu : Sungai konsekuen lateral,
Sungai konsekuwen longitudinal,
Sungai subsekwen,
Sungai superimposed,
Sungai Anteseden,
Sungai Resekwen, Sungai obsekwen,
Sungai Insekwen, Sungai reserve,
Sungai komposit, Sungai anaklinal,
Sungai compound.
Kerapatan
sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di
dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan indeks kerapatannya
kerapatan sungai dibagi dalam empat kelas yaitu: rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi. Sangat penting untuk mengetahui
ketiga karakteristik sungai diatas agar dapat meongoptimalkan sumber daya yang
dimiliki sungai, dan untuk penanggulanngan bencana seperti banjir.
DAFTAR
PUSTAKA
id.scribd.com/doc/24235938/MACAM-MACAM-POLA-ALIRAN-SUNGAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar